(Oleh : Abu Asybal Usamah)
Segala puji bagi Allah ‘Azza wajalla, yang telah menyinari
kita dengan cahaya hidayah. Hingga kita menjadi hamba Allah yang
bertauhid, tunduk kepada-Nya semata. Shalwat dan salam senantiasa
mengawal ingatan kita agar lidah kita basah dengannya. Teruntuk bagi
junjungan mulia, Muhammad bin Abdillah, keluarga, para sahabat dan
orang-orang yang tertatih memperjuangkan Dinullah sampai hari kiamat.
Perang Hunain adalah perang yang terakhir yang dipimpin oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Terjadi di bulan syawal pada tahun 8 Hijriyyah, dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah
melakukan penaklukan terhadap kota Mekkah. Ada beberapa pesan yang
berharga buat kaum mulimin pada peristiwa ini. Agar mereka benar-benar
mengerti tentang kedudukan Iman dan Jihad.
Ketika Mekkah jatuh di tangan kaum Muslimin, dan Qurasy
berbondong-bondong masuk Islam. Ada ketakutan dari kabilah-kabilah besar
yang berada dekat dengan Mekkah. Yang terdepan dari Klan-klan itu
adalah Hawazin dan Tsaqif. mereka berseru:” Setelah Mekkah, kita akan
menjadi target Muhammad selanjutnya, kita akan menyerang Muhammad segera
sebelum mereka memulai”. Maka berkumpullah mereka untuk sebuah rencana
penyerangan. Dari sekian banyak kabilah Hawazin, tsaqif dan bani Thaif
terpilih lah Malik bin ‘Auf An-Nashry sebagai Komandan tertinggi yang
memobilisasi pasukan.
Ada seoarang tokoh yang sudah tua diantara mereka, Duraid bin
Ash-Shummah, memberikan ide dalam strategi. Namun Malik, tidak mau
menerimanya karena ia mau jadi penggerak tunggal. Maka bergegaslah
mereka menuju Hunain yang berjarak 10 mil dari Mekkah. Mereka memilih
tempat strategis yang bernama Authas,dekat dengan Hunain. Malik mengutus
mata-mata untuk mengetahui kondisi Rasulullah SAW, diantara mereka Abu
Hadrad Al-Aslamy.
...mereka berseru:” Setelah Mekkah, kita akan menjadi target Muhammad selanjutnya, kita akan menyerang Muhammad segera sebelum mereka memulai”...
Pada hari Sabtu 6 Syawal, Rasulullah SAW berangkat bersama para
sahabat menuju Hunain. Jumlah mereka pada saat itu dua belas ribu
pasukan, 10000 diantaranya adalah orang-orang yang ikut Rasulullah dalam
penaklukan kota Mekkah dan 2000 orang yang baru masuk Islam pada Fathu Mekkah. Rasulullah SAW menugaskan ‘Attab bin Usaid untuk menjaga Mekkah.
Saat malam tiba, datanglah seoarang penunggang kuda yang mengabarkan
tentang posisi dan kondisi kabilah Hawazin dibukit-bukit. Rosulullah SAW
tersenyum seraya berkata:”itulah Ghanimah kita besok”. Dengan sukarela
salah seorang sahabat berjaga-jaga semalaman untuk menjaga keamanan kaum
muslimin, beliau adalah Anas bin Abi Martsad Al-Ghanawi –Radhiyallau ‘anhu-.
Ditengah –tengah perjalanan ke Hunain, mereka melalui pohon sidrah yang besar lagi hijau. Orang-orang menemakan Dzatu Anwath.
Orang-orang Arab biasanya menggantungkan senjata mereka untuk
bertabarruk dipohon itu, menyembelih hewan disisinya agar mendapat
keberuntungan. Maka sebagian dari pasukan Rasulullah (yang baru masuk
Islam) berkata kepada beliau:”bikin juga buat kita Dzatu Anwath,
sebagaimana mereka punya Dzatu Anwath.
Rasulullah SAW bersabda:
”Allahu Akbar, yang kalian katakan ini, demi jiwa Muhammad yang
berada dalam genggaman-Nya, sebagaimana yang dikatakan bani Israil
kepada Musa,”jadikan untuk kami Ilah, sebagaimana mereka punya ilah”,
sesungguhnya itu adalah tradisi, sungguh kalian akan mengikuti tradisi
orang sebelum kalian, sesungguhnya kalian orang yang berbuat kejahilan”[1].
Dengan jumlah yang besar itu, kaum muslimin percaya diri, bangga dan
yakin bahwa jumlah mereka tidak akan dikalahkan. Maka turunlah surah
At-Taubah ayat 25:
”Dan sungguh Allah telah menolong kalian dibeberapa peperangan,
dan pada saat perang Hunain. Ketika kalian bangga dengan jumlah kalian
yang banyak, sedangkan itu tidak berarti bagi kalian, dan bumi menjadi
sempit bagi kalian, kemudian kalian mundur kebelakang”.
...Rasulullah mengobarkan semangat mereka:”sekaranglah perang membara”...
Di pagi buta, Rasulullah SAW telah menyiapkan pasukan. Panji telah
diserahkan dan brigade telah terpilih. Dengan semangat mereka maju
menuju Hunain. Namun sebelum sampai pada tempat mereka sudah dhujani
anak panah yang datang dari balik bukit. Ternyata musuh sudah
menempatkan posisi duluan sebelum mereka. Ditambah lagi kaum muslimin
mendapatkan serangan mendadak. Pukulan telak pada saat itu menimpa kaum
muslimin. Namun Rasulullah tampil sebagai pendobrak semangat mereka.
Beliau bergegas maju seraya berseru:
”Aku adalah Nabi yang tidak berdusta, aku adalah cucu abdul Muththalib”
Kemudian Rasulullah memanggil kaum Anshar dan kabilah yang lain.
Setelah berkumpul Rasulullah mengobarkan semangat mereka:”sekaranglah
perang membara”. Setelah itu Rasulullah mengambil segenggam debu dan
menaburi ke wajah orang-orang kafir sambil berkata:”buruklah wajahmu”[2].
Singkat cerita, orang Kafir dipukul mundur oleh RAsulullah SAW dan
para sahabatnya, hingga ke wilayah-wilayah sekitar. Hasil dari ghanimah
adalah 6000 tawanan, 24000 onta, 40000 domba, 4000 perak, kemudian
Rasulullah memerintahkan Mas’ud bin ‘Amru Al-ghifary sebagi
penanggungjawab ghanimah.
Pesan Berharga dari Perang Hunain
Setelah menyimak kisah dari perang Hunain, ada beberapa pesan yang
dapat kita ambil. Pertama, bahwa kemenangan kaum muslimin tidak
bergantung pada kuantitas,tapi pada kualitas iman yaitu yaqin pada
pertolongan Allah dan ketaatan pada amir. Allah Ta’ala berfirman:
“Berapa banyak jumlah yang sedikit mampu mengalahkan jumlah yang banyak dengan izin Allah” (Qs Al-Baqarah 249)
Saat pasukan Thalut tidak mengikuti arahan pimpinan mereka, maka
kondisi mereka berubah menjadi lemah. Allah jelaskan dalam Al-Qur’an:
“Mereka (pasukan Thalut) berkata :kami tidak punya kemampuan sekarang” (Qs Al-Baqarah 249)
Begitu pula dengan pasukan pemanah yang melanggar wasiat dari
Rasulullah SAW. kedua, bahwasanya perkara Jihad tidak bisa diabaikan dan
ditinggalkan. Karena maslahat jihad jauh lebih besar dari segalanya.
Karena Jihad itu adalah yang mengayomi dan mengawal tegaknya Dinullah.
Rasulullah SAW bersabda:
“Pangkal dari urusan ini adalah Islam,tiangnya Shalat dan puncaknya adalah Jihad”(HR Al-Hakim)
Oleh sebab itu, ketika seruan jihad telah dikumandangkan, maka tidak
ada jalan lain selain menyambut seruan itu. Telah kita cermati, bahwa
orang yang baru masuk Islam saja langsung berangkat menuju medan Jihad.
Bahkan diantara mereka masih ada yang jatuh dalam perkara syirik,namun
tidak dikafirkan karena masih baru masuk Islam.
Kalau kita melihat wacana sebagian muslim sekarang, bahwasanya lebih
penting menuntut ilmu karena dengan begitu kita akan paham agama dan
membangun peradaban. Hal ini terbantahkan dengan kisah Hunain ini. Yang
mana hampir seluruh kaum muslimin berangkat bersama Rasulullah untuk
Jihad membela Islam. Karena kehidupan tidak akan stabil dan syari’at
tidak akan tegak memimpin kecuali dengan Jihad.
Allah Ta’ala berfirman :
“Dan perangilah mereka hingga tidak ada fitnah (kekufuran dan
kezaliman), dan din ini (ketaatan dan ketundukan) seluruhnyahanya untuk
Allah”(Qs Al-anfaal 39)
“Dan jikalau seandainya Allah tidak menolak bahaya sebagian
manusia dengan sebagian yang lainnya, maka sungguh akan rusaklah bumi”(Qs Al-Baqarah 251)
“Barangsiapa yang berperang untuk meninggikan kaliamat Allah maka dia fisabilillah”(HR Muslim)
...Oleh sebab itu, ketika seruan jihad telah dikumandangkan, maka tidak ada jalan lain selain menyambut seruan itu...
Yang ketiga, bahwasanya Allah memberikan keutamaan kepada Nabi dan
ummatnya yaitu berupa rasa takut yang dicampakkan dihati orang kafir.
Rasa takut ini adalah merupakan pertolongan Allah yang membuat hati
musuh-musuh Islam gentar terhadap orang-orang yang teguh membela Islam.
Allah Ta’ala berfirman :
“Kami akan campakkan rasa takut dihati orang kafir”(Qs Ali ‘Imron 151)
Pada saat pengusiran bani Nadir juga Allah berfirman: “Dan Dia mencampakkan rasa takut dihati mereka (orang Kafir)”(Qs Al-Hasyr 2)
“Mereka tidak akan memerangi kalian kecuali didesa terkepung atau dari balik tembok”(Qs Al-Hasyr 14)
“aku ditolong dengan rasa takut yang dicampakkan dihati orang kafir selama sebulan”(HR Bukhari)
Terbukti setelah melakukan penaklukan kota Mekkah, Hawazin, Tsaqif
dan kabilah lain sudah merasa ketakutan akan dikuasai oleh Rasulullah shallalahu 'alaihi wasallam. Demikianlah apa yang dapat kita petik dari peristiwa perang Hunain. Mudah-mudahan kita mampu mengamalkan Dinullah dengan benar dan menjaganya hingga akhir hayat.
[1] . Sunan Tirmidzi kitabul Fitan, bab ma ja’a latakabunna sauna man kana qoblakum.
[2] Shahih Muslim nomor 1775 Kitabul Jihad wassair.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan