Oleh: Son Hadi, Direktur Jama’ah Anshorut Tauhid (JAT) Media Center
Disampaikan pada Diskusi Interaktif
Gerakan Masyarakat Islam Indonesia (GMII), Bogor 20 September 2011
“Membendung Gerakan Radikalisme dan Terorisme Mengatasnamakan Agama”
Setelah sepuluh tahun berlalu serangan
11 September di menara kembar WTC New York, masih saja kelam tanpa ada
satupun investigasi independen yang menjelaskan dengan jujur bagaimana
sebenarnya peristiwa itu terjadi. Peristiwa tersebut justru digunakan
oleh Amerika untuk memerangi dan menjajah dunia Islam dengan dalih
perang terhadap terorisme. Dengan dalih itu pula Amerika membelah dunia
menjadi dua, bersama Amerika atau anti Amerika. Ada jutaan umat Islam
terbunuh sebagai korban dan ribuan muslim mendekam di penjara. Di
berbagai pelosok negeri dan War of Terorisme pun melaju tiada pernah
henti
Ada hal yang perlu dan patut dicermati dalam projek War Of Terorisme ini antara lain yang digagas oleh RAND dalam bukunya Building Moslem Moderate Network lebih jauh memberikan rekomendasi sebagai berikut:
1. Komunitas Internasional menilai bahwa
Dunia Islam ada dalam Frustasi dan Kemarahan, akibat dari periode
keterbelakangan yang lama dan ketidakberdayaan komparatif serta
kegagalan mencari solusi dalam menghadapi kebudayaan global kontemporer.
2. Komunitas Internasional menilai bahwa
upaya umat Islam untuk kembali kepada kemurnian ajaran Islam adalah
suatu ancaman bagi peradaban Dunia Modern, dan bisa mengantarkan kepada
Clash of Civilization (Benturan Peradaban).
3. Komunitas Internasional menginginkan
Dunia Islam yang ramah terhadap Demokrasi dan Modernitas serta mematuhi
aturan-aturan Internasional untuk menciptakan perdamaian global.
4. Komunitas Internasional perlu
melakukan pemetaan Kekuatan dan Pemilahan Kelompok Islam untuk
mengetahui kawan dan lawan, serta pengaturan strategi dengan pengolahan
sumber daya yang ada di Dunia Islam.
5. Komunitas Internasional mesti
mempertimbangkan dengan sangat hati-hati terhadap elemen-elemen,
kecenderungan-kecenderungan, dan kekuatan-kekuatan mana dalam Islam yang
mereka ingin perkuat; apa sasaran dan nilai-nilai dari persekutuan
potensial yang berbeda itu; dan siapa yang akan dijadikan anak didiknya;
dan konsekuensi-konsekuensi lebih besar seperti apa yang akan tampak
ketika memperluas agenda-agenda masing-masing; termasuk resiko mengancam
atau mencemari kelompok-kelompok atau orang-orang yang sedang dibantu
oleh AS dan sekutunya.
Komunitas Internasional membagi Umat Islam dalam Empat Kelompok, yaitu:
1. Fundamentalis: yaitu kelompok
masyarakat Islam yang menolak nilai- nilai Demokrasi dan kebudayaan
Barat Kontemporer, serta menginginkan formalisasi penerapan Syariat
Islam.
2. Tradisionalis: yaitu kelompok
masyarakat Islam Konservatif yang mencurigai modernitas, inovasi dan
perubahan. Mereka berpegang kepada substansi ajaran Islam tanpa peduli
kepada formalisasinya.
3. Modernis: yaitu kelompok masyarakat
Islam Modern yang ingin Reformasi Islam agar sesuai dengan tuntutan
zaman, sehingga bisa menjadi bagian dari modernitas.
4. Sekularis: yaitu kelompok masyarakat
Islam Sekuler yang ingin menjadikan Islam sebagai urusan privasi dan
dipisah sama sekali dari urusan negara.
Komunitas Internasional melakukan penilaian terhadap tiap kelompok sebagai berikut:
1. Fundamentalis: sangat anti Barat
sehingga menjadi ancaman bagi demokrasi dan modernitas. Mendukung
kelompok ini bukan suatu opsi bagi Barat, kecuali untuk pertimbangan
taktis sementara. Penghancuran Fundamentalis menjadi suatu keharusan.
2. Tradisionalis: tidak anti Barat tapi
penuh kecurigaan terhadap modernitas, sehingga mudah terpengaruh oleh
Fundamentalis. Karenanya, kelompok ini harus dirangkul dan dijauhkan
dari Fundamentalis, tapi mesti selalu diwaspadai.
3. Modernis: Pro Demokrasi dan Modernitas serta dekat dengan Barat dalam nilai dan kebijakan, sehingga bisa digunakan untuk mengcounter berbagai pemikiran Islam Fundamentalis. Namun ada kendala-kendala serius bagi modernis di tengah masyarakat Islam.
4. Sekularis: Pro Barat dan bisa
dimanfaatkan, namun terkadang sulit menjadi sekutu karena afiliasi
ideology yang berbeda. Karenanya, kelompok ini hanya bisa dimanfaatkan
sepanjang memiliki ideology yang menopang demokrasi dan modernitas.
Komunitas Internasional menetapkan strategi terhadap tiap kelompok sebagai berikut:
1. Mengkonfrontir dan Menentang Kaum Fundamentalis, dengan jalan:
a. Menentang tafsir mereka atas Islam dan menunjukkan ketidak-akuratannya
b. Mengungkap keterkaitan mereka dengan kelompok-kelompok dan aktivitas-aktivitas illegal.
c. Mengumumkan konsekuensi dari tindak kekerasan yang mereka lakukan.
d. Menunjukkan ketidakmampuan mereka untuk memerintah.
e. Memperlihatkan ketidakberdayaan
mereka mendapatkan perkembangan positif atas negara-negara mereka dan
komunitas-komunitas mereka.
f. Mengamanahkan pesan-pesan tersebut
kepada kaum muda, masyarakat tradisionalis yang alim, kepada minoritas
kaum muslimin di Barat, dan kepada wanita.
g. Mencegah menunjukkan rasa hormat dan pujian akan perbuatan kekerasan dari kaum Fundamentalis, ekstrimis dan teroris.
h. Kucilkan mereka sebagai pengganggu dan pengecut, bukan sebagai pahlawan.
i. Mendorong para wartawan untuk
memeriksa isu-isu korupsi, kemunafikan, dan tidak bermoralnya lingkaran
kaum fundamentalis dan kaum teroris.
j. Mendorong perpecahan antara kaum fundamentalis.
Beberapa bukti tindakan untuk memojokkan
kelompok yang disebut Fundamentalis oleh barat tersebut adalah:
menafsirkan Al-Qur’an secara sengaja untuk menyesatkan dengan menyatakan
penentangan dan pengharaman poligami pada satu sisi, namun menghalalkan
perkawinan sejenis, lesbianisme dan homoseksual, mengulang-ulang
tayangan gambar yang out of date dan tidak relevan terkait aksi-aksi
umat Islam yang dinilai mengandung kekerasan di televisi, sementara itu
kegiatan dari berbagai ormas Islam yang bersifat konstruktif seperti
menjadi relawan di daerah bencana alam tidak pernah sekalipun
ditayangkan, “mengeroyok” dan menyerang argumen narasumber yang berasal
dari kelompok yang dianggap fundamentalis dengan format acara dialog
televisi 3 lawan 1 seperti acara Today’s Dialogue, Save Our Nation,
Topik Minggu Ini, wawancara khusus dan lain sebagainya, memenjarakan
aktivis-aktivis islam dengan tuduhan teroris atau sebagai pelaku
kekerasan, menghapus panggilan kehormatan kyai, ustadz, habib dalam
pemberitaan media massa terhadap aktivis islam yang dianggap
fundamentalis.
2. Mendorong Kaum Tradisionalis untuk Melawan Fundamentalis, dengan jalan:
a. Dalam Islam tradisional ortodoks terdapat elemen-elemen demokrasi yang dapat dipakai untuk mengcounter Islam fundamentalis otoriter yang represif dan otoriter.
b. Menerbitkan kritik-kritik kaum tradisionalis atas kekerasan dan ekstrimisme yang dilakukan kaum fundamentalis.
c. Mendorong perbedaan antara kaum tradisionalis dan fundamentalis.
d. Mencegah aliansi antara kaum tradisionalis dan kaum fundamentalis.
e. Mendorong kerja sama antara kaum modernis dan kaum tradisionalis yang lebih dekat dengan Kaum modernis.
f. Jika memungkinkan, didik kaum
tradisionalis untuk mempersiapkan diri mereka untuk mampu melakukan
debat dengan kaum fundamentalis. Karena Kaum fundamentalis secara
retorika seringkali lebih superior, sementara kaum tradisionalis
melakukan praktik politik “Islam pinggiran” yang kabur.
g. Di tempat-tempat seperti di Asia
Tengah, mereka mungkin perlu untuk dididik dan di latih dalam Islam
ortodoks untuk mampu mempertahankan pandangan mereka.
h. Melakukan diskriminasi antara sektor-sektor tradisionalisme yang berbeda.
i. Memperuncing khilafiyah yaitu perbedaan antar mazhab dalam Islam, seperti Sunni–Syiah, Hanafi–Hambali, Wahabi–Sufi, dll.
j. Mendorong Kaum Tradisionalis agar tertarik dengan modernisme, inovasi dan perubahan.
k. Mendorong mereka untuk membuat isu
opini-opini agama dan mempopulerkan hal itu untuk memperlemah otoritas
dari penguasa yang terinspirasi oleh paham Kaum Fundamentalis.
l. Mendorong popularitas dan penerimaan atas Sufisme.
3. Mendukung sepenuhnya Kaum Modernis, dengan jalan:
a. Menerbitkan dan mengedarkan karya-karya mereka dengan biaya yang disubsidi.
b. Mendorong mereka untuk menulis bagi audiens massa dan bagi kaum muda.
c. Memperkenalkan pandangan-pandangan mereka dalam kurikulum pendidikan Islam.
d. Memberikan mereka suatu platform publik.
e. Menyediakan bagi mereka opini dan
penilaian pada pertanyaan-pertanyaan yang fundamental dari interpretasi
agama bagi audiensi massa dalam persaingan mereka dengan kaum
fundamentalis dan tradisionalis, yang memiliki Web sites, dengan
menerbitkan dan menyebarkan pandangan-pandangan mereka dari rumah-rumah,
sekolah-sekolah, lembaga-lembaga, dan sarana yang lainnya.
f. Memposisikan sekularisme dan modernisme sebagai sebuah pilihan “counterculture” bagi kaum muda Islam yang tidak puas.
g. Memfasilitasi dan mendorong kesadaran
akan sejarah pra-Islam dan non-Islam dan budayanya, di media dan di
kurikulum dari negara-negara yang relevan.
h. Membantu dalam membangun
organisasi-organisasi sipil yang independent, untuk Mempromosikan
kebudayaan sipil (civic culture) dan memberikan ruang bagi rakyat biasa
untuk mendidik diri mereka sendiri mengenai proses politik dan
mengutarakan pandangan-pandangan mereka.
4. Mendukung secara selektif Kaum Sekularis, dengan jalan:
a. Mendorong pengakuan fundamentalisme sebagai suatu musuh bersama
b. Mematahkan aliansi dengan kekuatan-kekuatan anti Amerika berdasarkan hal-hal seperti nasionalisme dan ideologi kiri.
c. Mendorong ide bahwa agama dan Negara
juga dapat dipisahkan dalam Islam dan bahwa hal ini tidak membahayakan
keimanan tapi malah akan memperkuatnya.
Beberapa contoh tindakan ini adalah:
membangun mitos tentang sekulerisme, memanipulasi hari peringatan
Pancasila untuk kepentingan sekularisme, pluralisme dan liberalisme,
mengkampanyekan penampilan kesalehan individual dan mencegah berlakunya
perda-perda yang disebut perda syariat.
Untuk menjalankan program-program di
atas maka, dalam dokumen Building Moderate Muslim Networks, Pemerintah
Amerika Serikat harus menyediakan dana bagi individu-individu dan
lembaga-lembaga seperti LSM, pusat kajian di Universitas-Universitas
Islam maupun Universitas umum lainnya dan membangun jaringan antar
komponen tersebut untuk memenuhi tujuan-tujuan Amerika.
Sebagai contoh keberhasilan membangun
jaringan ini adalah apa yang pernah ditempuh oleh Amerika Serikat ketika
mensponsori Kongres Kebebasan Budaya (Congress of Cultural Freedom),
di mana pertemuan ini berhasil membangun komitmen antar elemen untuk
membentuk jaringan anti komunis. Upaya yang serupa juga perlu dilakukan
untuk membangun jaringan anti Islam. Bahkan bila perlu, sikap tidak
setuju dengan kebijakan Amerika perlu sesekali ditampilkan oleh para
aktivisnya sekedar untuk menampilkan citra independen dari Amerika dan
Barat serta membangun kredibilitas semu para aktivis liberal pro barat,
demi mencapai tujuan utamanya memusuhi Islam secara keseluruhan.
Amerika dan Barat dalam dokumen tersebut
sepenuhnya sadar bahwa mereka terlibat dalam sebuah peperangan yang
merupakan perang dengan senjata maupun perang ide. Dalam konteks ini
Amerika dan Barat ingin memenangkan perang dengan cara “ketika ideologi kaum ekstrimis tercemar di mata penduduk tempat asal ideologi itu dan di mata pendukung pasifnya”. Kalimat
ini jelas adalah merupakan tujuan Amerika dan Pihak barat lainnya untuk
menghancurkan Islam dan menjauhkan Islam dari umat.
Pembangunan jaringan muslim moderat ini dilakukan pada tiga level:
1. Menyokong jaringan-jaringan yang ada;
2. Mengidentifikasi jaringan dan mempromosikan kemunculan dan pertumbuhannya.
3. Memberikan kontribusi untuk membangun situasi dan kondisi bagi berkembangnya faham pluralisme dan sikap toleran.
Adapun kelompok-kelompok yang dijadikan sasaran untuk direkrut dan dijadikan anak didik Amerika dan Barat adalah:
1. Akademisi dan Intelektual Muslim Liberal dan Sekuler;
2. Cendikiawan Muda Muslim yang Moderat;
3. Kalangan Aktivis Komunitas;
4. Koalisi dan Kelompok Perempuan yang mengkampanyekan kesetaraan gender;
5. Penulis dan Jurnalis (wartawan) yang moderat.
Para pejabat di kedutaan Amerika yang
berada di negeri-negeri muslim harus memastikan bahwa kelompok ini
terlibat dan sesering mungkin melakukan kunjungan ke Amerika Serikat.
Sementara itu program-program prioritas untuk mendukung pembangunan jaringan muslim moderat ini diletakkan pada sektor:
1. Pendidikan Demokrasi, yaitu dengan
mencari pembenaran dari nas-nas dan sumber-sumber Islam terhadap
demokrasi dan segala sistemnya.
2. Dukungan pada Media massa untuk
melakukan liberalisasi pemikiran;Kesetaraan Gender, yang merupakan medan
tempur utama dalam perang pemikiran dengan kelompok Islam;
3. Advokasi Kebijakan, untuk mencegah agenda politik kelompok Islam.
Pihak Amerika juga sadar bahwa ide-ide
radikal berasal dari Timur Tengah, oleh karenanya perlu dilakukan upaya
“Arus Balik” yaitu menyebarkan ide-ide dan pemikiran dari
intelektual-intelektual moderat dan modernis yang berhasil dicuci otak
dan setuju dengan westernisasi dan gaya hidup barat, yang bukan berasal
dari Timur Tengah, seperti Indonesia. Tulisan dan pemikiran moderat dari
kalangan di luar Timur Tengah ini harus sesegera mungkin diterjemahkan
dalam bahasa Arab untuk disebarkan di kawasan Timur Tengah.
Di sinilah terdapat jawaban, mengapa
akhir-akhir ini Indonesia sering dijadikan tempat pertemuan
Internasional cendekiawan dan intelektual muslim dari berbagai negara
yang disponsori oleh Amerika dan negara barat lainnya. Dan saat ini
banyak sekali produk-produk baik berupa tulisan maupun film yang
diproduksi oleh kaum “intelektual Islam indonesia” yang disebarkan dan
diterjemahkan dalam bahasa Arab. Semua bantuan dana dan dukungan politik
ini tujuan utamanya adalah untuk memerangi Islam dan Umat Islam.
Dalam konteks politik di Indonesia,
secara keseluruhan agenda-agenda yang disusun oleh koalisi Zionis
Salibis Internasional tersebut tengah berjalan. Bisa kita lihat
bukti-bukti dari berbagai fenomena yang ada di kehidupan masyarakat
Indonesia. Bermunculannya berbagai LSM yang didirikan oleh tokoh-tokoh
“Islam” yang memproduk berbagai materi anti Islam dan memusuhi Islam,
media massa yang selalu memberitakan negatif tentang umat Islam,
bermunculannya tokoh-tokoh liberal yang memegang posisi sebagai opinion maker,
bahkan dalam penyusunan kabinet yang terakhir ini, posisi-posisi kunci
diserahkan kepada orang-orang yang sangat pro Amerika, seperti
menteri-menteri bidang perekonomian yang sejak dulu hingga sekarang
selalu dipegang oleh kelompok yang sama.
Solusinya adalah Pemahaman dan Pengamalan Islam yang Benar
Pemahaman yang benar tentang hakikat
dinul Islam adalah solusi utama masalah ini dan Ulama sebagai pewaris
nabi punya peranan penting dan strategis dalam upaya menyelamatkan
Aqidah Islam dari upaya penyesatan yang sistematis yang dibungkus
gerakan deradikalisasi sebagai dalih perang terhadap Terorisme. Seorang
ulama hendaknya mempertahankan integritas keilmuannya tidak cenderung
pada keinginan dan kehendak penguasa namun justru mengambil peran yang
aktif sekaligus kritis dalam memahamkan Islam yang benar, terutama dalam
menjelaskan makna hakikat Tauhid beserta konsekuensinya.
Begitu pula dalam menjelaskan Jihad dan
Tegaknya Syariat dalam kehidupan bernegara, ini adalah kunci kejayaan
Islam karena pada hakikatnya Khilafah dan Daulah Islamiyah adalah syarat
keselamatan tauhid dan bagi muslim keselamatan tauhid adalah hal yang
utama dan prinsip dalam hidupnya dan Tauhid akan selalu di hantam fitnah
bila tinggal di negara kafir musyrik, di antara yang perlu dipahamkan
adalah:
1. Pengertian dan pemahaman Islam rahmatan lil Alamin
Islam rahmatan lil alamin sering
disalah ertikan islam yang teloran terhadap segala hal termasuk dalam
masalah kemusyrikan dan kekafiran. Padahal Rasulullah membawa Risalah
Islam sebagai Dien (World View) berlaku secara universal
mengikat siapapun baik jin dan manusia, dari bangsa dan warna kulit, di
manapun dan kapanpun hingga akhir zaman hal tersebut dinyatakan dalam
firman Allah:
“Mereka Itulah orang-orang yang
telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka.
Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan
(Al-Quran). "Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh
umat. ” (QS. Al-An’am: 90)
“Dan kamu sekali-kali tidak meminta
upah kepada mereka (terhadap seruanmu ini), itu tidak lain hanyalah
pengajaran bagi semesta ala
“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. ” (QS. Al-Anbiyaa’:107)
“Katakanlah: "Hai manusia
Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang
mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah
kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada
Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia,
supaya kamu mendapat petunjuk" (Qs Al-A’raf: 158)
“Dan Kami tidak mengutus kamu,
melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira
dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui” (Qs Saba’ 28).
Demikian juga dijelaskan Dalam Hadits Nabi:
Dari Jabir Bin Abdullah RA berkata: Rasulullah bersabda:
“Aku diberi 5 perkara yang belum pernah diberikan pada seorang pun dari
para nabi sebelumku: Aku ditolong oleh rasa takut musuhku selama
sebulan perjalananku, Dihamparkan seluruh bumi sebagai masjid yang
bersih sehingga di manapun umatku hendak shalat maka shalatlah,
dihalalkan bagi ghanimah, jika nabi sebelumku hanya diutus kepada
umatnya secara khusus, maka aku diutus kepada seluruh manusia, aku
diberi hak syafaat” ( HR Bukhari 1/168)
Dalam menyambut dakwah nabi manusia
terbagi menjadi 2 kelompok yang dalam terminology Islam disebut sebagai
mukmin dan kafir, sebagaimana firman Allah:
“Dan sesungguhnya Kami telah
mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah
(saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada
orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya
orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di
muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul)” (Qs An-Nahl 36).
“Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan
sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka
menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka
mengira bahwa mereka mendapat petunjuk” (Qs Al-A’raf 30).
“Dia-lah yang menciptakan kamu Maka
di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. dan Allah
Maha melihat apa yang kamu kerjakan” (QS. At-Taghabun 2).
2. Makna dan Hakikat Jihad
Jihad adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari syariat Islam karenanya makna dan hakikat pun sangat
jelas tidak perlu ada redefinisi ulang makna daripada jihad, Jihad
adalah syariat Allah untuk melindungi dan Islam dan kaum Muslimin
sebagaimana firman Allah:
"Diwajibkan atas kamu berperang,
Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu
membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui" (Qs Al-Baqarah 216).
“Hai orang-orang yang beriman,
sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu
dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih
baik bagimu, jika kamu mengetahui” (Qs Ash-Shaff 10-11).
“Jika kamu tidak berangkat untuk
berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan
digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat
memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu” (Qs Al-Anfal 39).
Wallahu A’lam bis-shawab. [voa-islam.com]
Tiada ulasan:
Catat Ulasan